Di rumah, sosok ayah bukan hanya sekadar tukang antar belanja bulanan atau pengantar listrik tiap bulan. Lebih dari itu, seorang kepala keluarga adalah imam, pemimpin, teladan, dan juga penjaga keselamatan spiritual keluarganya. Posisi ini bukan main-main. Berat? Iya. Tapi ini adalah kehormatan sekaligus amanah besar dari Allah Ta’ala.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini bukan sekadar anjuran biasa. Ini perintah tegas. Allah menyuruh kita, para ayah dan suami, untuk menjaga keluarga — bukan cuma dari kelaparan, tapi dari api neraka.
Bukan Hanya Perut yang Butuh Diisi
Realitanya, banyak dari kita (para lelaki) mengira tanggung jawab selesai ketika dapur ngebul, listrik nyala, dan sekolah anak-anak terbayar. Padahal menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, ulama besar asal Saudi, tugas seorang kepala keluarga adalah:
"Mengajarkan adab yang baik dan mendidik keluarganya dengan ilmu agama. Mengajak mereka taat pada Allah. Seseorang dianggap selamat jika ia menyelamatkan dirinya dan orang-orang yang berada dalam tanggung jawabnya.”
(Tafsir As-Sa'di, hlm. 874)
Artinya, jika kita ingin selamat dunia akhirat, jangan egois hanya pikir keselamatan pribadi. Istri, anak-anak, bahkan asisten rumah tangga pun masuk dalam tanggung jawab kita.
Sebagaimana yang disampaikan oleh para ulama seperti Adh-Dhahak dan Maqatil, terkait QS. At-Tahrim ayat 6:
“Menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengajari keluarganya, termasuk kerabat, sampai pada hamba sahaya laki-laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang.”
(HR. Ath-Thabari, sanad shahih dari Qatadah)
Pendidikan Agama Itu Investasi Akhirat
Pendidikan agama bukan cuma tanggung jawab guru madrasah atau ustaz di YouTube. Orang pertama yang seharusnya jadi guru akidah, guru shalat, dan guru akhlak adalah kepala keluarganya sendiri.
Contohnya? Nabi Muhammad ﷺ memberi pedoman jelas:
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat saat mereka berumur 7 tahun. Dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat berumur 10 tahun.”
(HR. Abu Daud no. 495; Ahmad, 2: 180)
Kok sampai dipukul? Bukan karena Islam keras, tapi ini bentuk pendidikan disiplin, agar anak-anak memahami bahwa ibadah itu serius dan harus dibiasakan sejak dini.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:
“Para ulama menyatakan bahwa anak-anak sebaiknya dilatih puasa dan ibadah sejak dini. Nanti ketika mereka baligh, mereka sudah terbiasa.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 7: 321)
Begitulah Islam mengajarkan kita: didik anak sebelum mereka dewasa. Karena saat mereka besar, sudah terbiasa dekat dengan ibadah dan jauh dari maksiat.
Suami Shalih: Alarm Tahajud di Rumah
Kepala keluarga teladan bukan cuma yang bangun malam buat ngopi, tapi yang bangun malam buat shalat, lalu mengajak istrinya ikut ibadah.
Dalam hadis disebutkan:
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun malam lalu shalat dan membangunkan istrinya. Bila sang istri enggan bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Begitu pula seorang wanita yang membangunkan suaminya…”
(HR. Abu Daud no. 1450; An-Nasai no. 1611. Sanad hasan)
Bayangkan indahnya rumah tangga yang diisi dua insan saling membangunkan untuk tahajud. Bukan untuk marah, tapi untuk saling mendekatkan diri pada Allah.
Jadi, Ayah Itu Profesi Dunia-Akhirat
Menjadi kepala keluarga adalah jalan berat, tapi mulia. Allah mempercayakan satu unit kecil dari umat ini untuk kita pimpin, yaitu rumah tangga. Maka tugas kita bukan hanya soal memberi makan dan tempat tinggal, tapi juga menjaga mereka dari neraka, dan mengantar mereka menuju surga.
Dan ingat, pertanggungjawaban kita bukan hanya di kantor, tapi juga di hadapan Allah.
Nabi ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi Kepala Keluarga Bukan Sekadar Status
Bapak, ayah, abi, atau suami — sebutannya boleh beda, tapi tanggung jawabnya sama: jadi pemimpin yang membimbing, bukan sekadar mengurus logistik rumah tangga.
Mari kita mulai dari hal sederhana:
-
Ajak anak shalat berjamaah.
-
Sediakan waktu khusus baca Al-Qur’an bareng keluarga.
-
Diskusikan nilai-nilai Islam sambil makan malam.
Semoga Allah menjadikan kita imam yang adil, suami yang membimbing, dan ayah yang dirindukan anak-anak karena teladannya.
"Ya Allah, jadikanlah kami pasangan-pasangan ahli surga."
(Doa yang disarikan dari hadits riwayat Abu Daud dan An-Nasai)